Blokade Minyak Venezuela: ketegangan geopolitik global kembali memanas di perairan Karibia. Operasi penyitaan kapal tanker minyak Venezuela oleh Amerika Serikat tidak hanya menargetkan pemerintahan Presiden Nicolás Maduro. Tetapi juga secara langsung menyentuh kepentingan ekonomi dan energi China, mitra strategis utama Caracas. Beijing pun memberikan respons diplomatik yang keras, mengecam tindakan Washington sebagai pelanggaran hukum internasional yang serius.
Blokade Minyak Venezuela Operasi Penyitaan: Eskalasi di Laut Karibia
Dalam sebulan terakhir, Amerika Serikat telah meningkatkan tekanan militer dan ekonomi terhadap Venezuela. Puncaknya adalah pernyataan Presiden Donald Trump tentang “blokade total” terhadap semua kapal tanker yang dikenai sanksi masuk & keluar dari Venezuela.
Dalam rangkaian operasi ini, setidaknya tiga insiden penyitaan atau pengejaran kapal terjadi:
- 10 Desember 2025: AS menyita kapal tanker besar bernama Skipper yang memiliki hubungan dengan Iran.
- 20-21 Desember 2025: AS menaiki dan menyita kapal tanker Centuries yang berbendera Panama dan membawa minyak Venezuela yang dikenai sanksi.
- 22 Desember 2025: Penjaga Pantai AS memburu dan berusaha menghentikan kapal tanker Bella 1, yang menolak untuk tunduk dan berhasil melanjutkan pelayaran.
Blokade Minyak Venezuela Respons Tegas China: Dukungan untuk Venezuela
Pemerintah China, melalui Kementerian Luar Negeri, dengan cepat mengutuk tindakan AS. Jurubicara Kementerian Luar Negeri China Lin Jian secara terbuka menyatakan bahwa praktik AS menyita kapal negara lain secara sewenang-wenang adalah “pelanggaran berat terhadap hukum internasional”.

Beijing menegaskan tiga prinsip utama dalam responsnya:
- Penolakan terhadap Unilateralisme: China menentang semua sanksi sepihak dan ilegal yang tidak memiliki dasar dalam hukum internasional atau otorisasi Dewan Keamanan PBB.
- Dukungan terhadap Kedaulatan Venezuela: China menyatakan Venezuela berhak secara mandiri mengembangkan kerja sama yang saling menguntungkan dengan negara lain, termasuk China.
- Solidaritas Diplomatik: Sebelumnya, China telah mendukung permintaan Venezuela untuk mengadakan sidang darurat Dewan Keamanan PBB guna membahas tekanan militer AS di Karibia.
Dampak Strategis: Mengapa China Sangat Peduli?
Blokade Minyak Venezuela respons keras China bukan tanpa alasan. Dukungannya terhadap Venezuela memiliki dimensi ekonomi yang sangat dalam.
- Ketergantungan Energi: Data dari firma analisis energi Kpler menunjukkan bahwa China membeli sekitar 76% dari seluruh output minyak Venezuela. Minyak mentah berat Venezuela merupakan komoditas penting yang cocok untuk penyulingan di China.
- Ancaman terhadap Pasokan: Operasi penyitaan AS secara langsung mengancam jalur pasokan energi ini. Seperti dikatakan seorang analis, dengan mempersulit ekspor minyak Venezuela, AS tidak hanya memberi tekanan pada rezim Maduro tetapi juga “dampak strategis pada China”.
- Alternatif yang Lebih Mahal: Tanpa pasokan dari Venezuela, China kemungkinan akan lebih bergantung pada sumber dari Rusia dan Timur Tengah, yang bisa lebih mahal dan kurang strategis.
Peta Ketegangan yang Lebih Luas
Insiden ini terjadi dalam konteks persaingan geopolitik yang lebih luas antara AS dan China, dengan beberapa elemen penting:
- Peran Panama: Penyitaan kapal berbendera Panama seperti Centuries diduga melibatkan kerja sama dengan otoritas maritim Panama berdasarkan perjanjian bilateral. Hal ini terjadi di tengah ketegangan AS-China mengenai pengaruh di Terusan Panama, di mana Trump telah menuduh China memiliki “pengaruh dan kontrol” yang tidak semestinya.
- Target “Armada Bayangan”: AS membenarkan aksinya sebagai upaya memerangi “armada bayangan” (shadow fleet) kapal yang digunakan untuk mengelakkan sanksi dan mendanai apa yang disebut Washington sebagai “narkoterorisme”. Namun, motif yang lebih luas—termasuk upaya memotong pendapatan minyak Venezuela dan mungkin menggulingkan Maduro—telah diakui secara terbuka.
- Reaksi Internasional: Venezuela telah meminta dukungan internasional, termasuk dari Iran yang menawarkan solidaritas penuh. Negara-negara Amerika Latin seperti Brasil juga telah menyuarakan kekhawatiran, dengan Presiden Lula da Silva memperingatkan bahwa intervensi bersenjata akan menjadi “bencana kemanusiaan”.
Masa Depan yang Tidak Pasti
Ketegangan di Karibia ini menunjukkan bagaimana sanksi ekonomi dan operasi keamanan nasional dapat dengan cepat berubah menjadi konflik geopolitik yang melibatkan banyak kekuatan besar. Dengan China yang siap membela kepentingan energinya dan AS yang bertekad menegakkan kebijakan sanksinya, jalan buntu di lepas pantai Venezuela berpotensi menjadi titik nyala baru dalam hubungan kedua negara.
Keputusan untuk menyita minyak yang ditujukan ke China bukan hanya tentang Venezuela; ini adalah langkah langsung dalam permainan kekuatan global yang lebih besar, di mana jalur perdagangan, sumber daya energi, dan pengaruh regional dipertaruhkan.

